Selasa, 12 Juni 2012

arah pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah tolak ukur dan pondasi bagaimana Negara memiliki kemajuan dan perkembangan dalam membangun kesejahteraannya. Negara yang maju dan berkembang pesat kebanyakan akan memiliki standar pendidikan yang layak bagi warganya untuk memperoleh pendidikan yang memadai. Ketika pendidikan di Indonesia merupakan sebuah arti penting bagi pengembangan potensi dan SDM maka hal ini tidak akan lepas dengan pemerintah yang senantiasa memberikan kebijakan-kebijakan khusus bagi pendidikan di Indonesia Lalu pertanyaan kita, bagaimana dengan Indonesia sendiri? Apakah Indonesia sudah memiliki standar pendidikan yang layak? Dan apakah Indonesia sudah menduduki negara yang maju dan berkembang?
B.Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pengaruh  pemerintahan terhadap arah pendidikan di Negara kita?
      2.Bagaimanakah arah pendidikan nasional supaya berkembang dan membangun kesejahteraan?
C.Maksud Dan Tujuan
1.      Untuk bisa mewujudkan potensi dan kemajuan masyarakat melalui arah pendidikan .
2.      Untuk mengetahui proses pemerataan dan pertumbuhan melalui penyelenggaraan pendidikan supaya lebih sejahtera .






BAB II
PEMBAHASAN
ARAH PENDIDIKAN
Arah pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya penciptaan kondisi yang kondusip bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian pendidikan tidak dapat di artikan sebagai proses doktrinasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang membatasi kemampuan daya pikir, imajinasi, dan kreativitas peserta didik.
Namun sebaliknya arah pendidikan berfungsi sebagai simulan positif bagi perkembangan daya pikir atau potensi diri peserta didik secara optimal. Dalam hal ini pendidik setidaknya bergerak dalam dua dimensi, yaitu dimensi pemerataan dan dimensi pertumbuhan. Pertama Dimensi Pemerataan dijawatkan dalam definisi upaya perwujudan yang tidak memandang pada kelas-kelas sosial tertentu, jenis kelamin, tingkat ekonomi, ras ataupun kesukuan yang ada dalam masyarakat atau dengan kata lain pembelajaran bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk dapat memperoleh pendidikan. Sedangkan Dimensi Pertumbuhan diejawatkan dalam definisi proses pengembangan potensi yang ada pada peserta didik yang kemudian bermuara pada tuntutan peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Secara implementasi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan ditintut untuk mampu menjangkau keterpenuhan penyediaan layanan pendidikan kepada seluruh warga negara dan dan sekigus dituntut pula untuk mendorong terjadinya peningkatann potensi diri yang secara komulatif  akan mencerminkan kualitas proses pembelajaran dalam pendidik.
Bangsa Indonesia mendambakan masyarakatnya maju setingkat dan sederajat masyarakat dunia. Di Tanah Air didirikan banyak pabrik berbagai jenis. Dalam peta pembangunan ditetapkan kawasan industri, kawasam permukiman dan sebagainya. Bangsa Indonesia saat ini mulai menapak pada kehidupan gelombang ketiga yang disebut Alvin Toffler, bahwa umat manusia menghadapi sejumlah lompatan ke depan, menghadapi pergolakan, perombakan dan restrukturisasi yang mendasar selama dunia berkembang. Dampaknya akan menyentuh setiap orang, merusak dan merobek kehidupan keluarga, mengguncang ekonomi, dan melumpuhkan sistem potitik dan menghancurkan nilai-nilai kita.
Sosiolog Astrid S Susanto mendeskripsikan abad 20 adalah abad teknik, otomat, abad komputer, abad interplanetaria dan biasa disebut the soules and material age yaitu abad depersonalisasi di mana manusia bukan lagi manusia. Akibat dari depersonalisasi adalah manusia tak mau dianggap sebagai yang bertanggungjawab atas akibat tindakannya, sehingga di samping menjadi suatu abad yang tak saja hampa, juga menjadi abad yang tak bertanggung jawab.
Biarpun masyarakat Indonesia tak menjadi masyarakat industrial seluruhnya, yang jelas kian hari kian banyak industri didirikan. Desa kekurangan tenaga kerja produktif karena mereka pergi ke kota bekerja di pabrik-pabrik. Mereka inilah pencipta masyarakat baru, masyarakat industrial. Keadaan masyarakat yang demikian itulah yang perlu diantisipasi dunia pendidikan. Sekolah di manapun tempatnya outputnya akan tersebar di berbagai lapangan pekerjaan, termasuk pabrik.
Bagaimana pendidikan disiapkan untuk masyarakat industrial? Di samping keterampilan, peserta didik perlu dibekali kesadaran penggunaan waktu, ethos kerja, mengenalkan kehidupan masyarakat industrial, melatih ketahanan mental dan moral. Guna berperan di tengah masyarakat global dan dalam sistem pendidikan nasional, sekolah swasta berpeluang sangat luas. Undang-undang 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1 ayat (16) menyatakan, pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Berarti masyarakat diberi peran mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan. Juga di bidang kurikulum, sekolah berpeluang mengembangkan melalui percobaan atau penelitian. Singkatnya masyarakat sebagai mitra pemerintah, berpeluang luas berperan serta dalam kegiatan pendidikan nasional.
Sekolah modern dalam melaksanakan fungsinya perlu memberi porsi seimbang antara pengajaran dan pendidikan. Pengajaran adalah lebih menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Sedang pendidikan lebih menyangkut aspek kepribadian.
Pendidikan abad 21 memiliki ciri-ciri:
- Siswa belajar dengan asyik, dan berani mengungkapkan isi hatinya tanpa tekanan.
- Terjalin hubungan yang dekat antara guru dan siswa serta orangtua,
- Guru tak tertekan dengan beban berat, sukacita membimbing dan mendampingi siswa.
- Guru bertindak sebagai orangtua kedua dapat memasukkan nilai-nilai baik dalam kehidupan siswa.
- Guru perlu punya daya kreatif inovatif yang unggul sehingga mampu membawa siswa menjadi lebih baik.
- Siswa berinovasi maksimal di setiap pembelajaran.
- Kurikulum tertata runtut dan dengan tema belajar yang tak tumpang tindih.
- Kurikulum dengan tema menarik dan bermanfaat bagi siswa, orangtua dan masyarakat.
- Dukungan penuh orangtua siswa dalam daya dan dana.
-Terdapat suasana kekeluargaan di sekolah, saling dukung antarguru, guru dengan orangtua dan guru dengan siswa.
- Terdapat sistem penilaian terbuka sehingga perkembangan belajar siswa terpantau.
Bangsa Indonesia mendambakan masyarakatnya maju setingkat dan sederajat masyarakat dunia. Di Tanah Air didirikan banyak pabrik berbagai jenis. Dalam peta pembangunan ditetapkan kawasan industri, kawasam permukiman dan sebagainya. Bangsa Indonesia saat ini mulai menapak pada kehidupan gelombang ketiga yang disebut Alvin Toffler, bahwa umat manusia menghadapi sejumlah lompatan ke depan, menghadapi pergolakan, perombakan dan restrukturisasi yang mendasar selama dunia berkembang. Dampaknya akan menyentuh setiap orang, merusak dan merobek kehidupan keluarga, mengguncang ekonomi, dan melumpuhkan sistem potitik dan menghancurkan nilai-nilai kita.
Sosiolog Astrid S Susanto mendeskripsikan abad 20 adalah abad teknik, otomat, abad komputer, abad interplanetaria dan biasa disebut the soules and material age yaitu abad depersonalisasi di mana manusia bukan lagi manusia. Akibat dari depersonalisasi adalah manusia tak mau dianggap sebagai yang bertanggungjawab atas akibat tindakannya, sehingga di samping menjadi suatu abad yang tak saja hampa, juga menjadi abad yang tak bertanggung jawab.
Biarpun masyarakat Indonesia tak menjadi masyarakat industrial seluruhnya, yang jelas kian hari kian banyak industri didirikan. Desa kekurangan tenaga kerja produktif karena mereka pergi ke kota bekerja di pabrik-pabrik. Mereka inilah pencipta masyarakat baru, masyarakat industrial. Keadaan masyarakat yang demikian itulah yang perlu diantisipasi dunia pendidikan. Sekolah di manapun tempatnya outputnya akan tersebar di pelbagai lapangan pekerjaan, termasuk pabrik.
Bagaimana pendidikan disiapkan untuk masyarakat industrial? Di samping keterampilan, peserta didik perlu dibekali kesadaran penggunaan waktu, ethos kerja, mengenalkan kehidupan masyarakat industrial, melatih ketahanan mental dan moral. Guna berperan di tengah masyarakat global dan dalam sistem pendidikan nasional, sekolah swasta berpeluang sangat luas. Undang-undang 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1 ayat (16) menyatakan, pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Berarti masyarakat diberi peran mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan. Juga di bidang kurikulum, sekolah berpeluang mengembangkan melalui percobaan atau penelitian. Singkatnya masyarakat sebagai mitra pemerintah, berpeluang luas berperan serta dalam kegiatan pendidikan nasional.
Sekolah modern dalam melaksanakan fungsinya perlu memberi porsi seimbang antara pengajaran dan pendidikan. Pengajaran adalah lebih menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Sedang pendidikan lebih menyangkut aspek kepribadian.
Pendidikan abad 21 memiliki ciri-ciri:
- Siswa belajar dengan asyik, dan berani mengungkapkan isi hatinya tanpa tekanan.
- Terjalin hubungan yang dekat antara guru dan siswa serta orangtua,
- Guru tak tertekan dengan beban berat, sukacita membimbing dan mendampingi siswa.
- Guru bertindak sebagai orangtua kedua dapat memasukkan nilai-nilai baik dalam kehidupan siswa.
- Guru perlu punya daya kreatif inovatif yang unggul sehingga mampu membawa siswa menjadi lebih baik.
- Siswa berinovasi maksimal di setiap pembelajaran.
- Kurikulum tertata runtut dan dengan tema belajar yang tak tumpang tindih.
- Kurikulum dengan tema menarik dan bermanfaat bagi siswa, orangtua dan masyarakat.
- Dukungan penuh orangtua siswa dalam daya dan dana.
-Terdapat suasana kekeluargaan di sekolah, saling dukung antarguru, guru dengan orangtua dan guru dengan siswa.
- Terdapat sistem penilaian terbuka sehingga perkembangan belajar siswa terpantau.
Ketika pendidikan di Indonesia merupakan sebuah arti penting bagi pengembangan potensi dan SDM maka hal ini tidak akan lepas dengan pemerintah yang senantiasa memberikan kebijakan-kebijakan khusus bagi pendidikan di Indonesia. Seperti untuk Anggaran dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  (APBN) pada sektor pendidikan  dan  minimal  20%  dari  Anggaran  Pendapatan  dan    Belanja  Daerah ( APBD ). Sehingga memang anggaran ini di adakan untuk perbaikan mutu pendidikan. Tapi kenyataan yang ada pendidikan masih mahal sekali dan banyak anak yang putus sekolah karena orang tua tidak bisa membiayai anaknya sekolah. Dana BOS ( Biaya Operasional Sekolah ) yang di keluarkan pemerintah belum juga menjawab perbaikan mutu sekolah . Data Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), menyebutkan bahwa angka putus sekolah pada tingkat SMA dari 33 provinsi mencapai angka 3,29%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1,81% dari jumlah 3.497,420 siswa. Sementara untuk tingkat SMP, dari jumlah total 8.073.389 siswa, angka putus sekolah mencapai 232.834 atau 2,88%. Angka putus sekolah yang tiap tahun meningkat merupakan indikator bahwa Pemerintah belum semaksimal memberikan kemudahan pelayanan kepada warganya untuk menuntut ilmu di negara ini. Padahal UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan dalam pasal 11 ayat 1 yang bunyi: Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi.
Tentu jelas ketika ada orasi oleh para kaum politis ketika berkampanye mencalonkan didirinya agar bisa duduk di parlemen, mereka banyak yang berjanji jika mereka terpilih akan memberikan sekolah gratis bagi rakyat di tingkat pendidikan dasar. Tetapi mari kita lihat apakah semua janji dari mereka setelah terpilih dan duduk di parlemen akan memenuhinya? Jika kita kaitkan denagan hal diatas tentu akan memberikan sebuah jawaban mengapa pendidikan Indonesia belum mencangkup semua warganya. Di tingkat Internasioanal pada 3 tahun ini indonesia menduduki peringkat Ke -12 dari sekian negara di sektor pendidikan. Padahal untuk untuk proses kegiatan belajar mengajar ( KBM ) indonesia menduduki jam pelajaran yang paling lama di sekian negara maju lainnya. Sehingga jika dikatakan bahwa materi pendidikan yang ada di Indonesia sedikit akan tidak benar jika kita telah melihat dari keadaan Internasional. Lebih lagi kita akan melihat keadaan bangku belajar para peserta didik yang diperkuat dengan data depdiknas pada 2005-2006 yang menyatakan bahwa kerusakan kelas untuk tingkat dasar (SD) mencapai 25,72%, sementara untuk tingkat SMP dan SMA masing-masing sebanyak 4,85% dan 2,74%. Belum lagi ditambah dengan buruknya kualitas guru menambah daftar beban bangsa. Pada kenyataanya banyak guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan S-1, seperti yangdiisyaratkan Undang-Undang (UU) No 14/2005 tentang guru dan dosen. Selain itu, banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang bidang ilmu yang dimiliki. Misalnya, guru berlatar belakang IPS mengajar IPA. Padahal sangat jelas bahwa guru itu tidak memiliki kompetensi untuk mengajar pada bidangnya, maka disinilah the righ on the righ pleace harus diperhatikan betul.
Data DEPDIKNAS pada tahun 2005-2006, perentase guru layak mencapai 85,63% untuk SD negeri sementara SD swasta 74,11%. Di Indonesia hanya sepertiga guru berlatar belakakang pendidikan setara sarjana. Diantara negara-negara berpenduduk besar, hanya Brazil dan Meksiko yang memiliki guru berlatar belakang pendidikan memadai. Sementara di China, India, Nigeria, dan Pakistan, jumlah jumlah guru yang berpendidikan sarjana pendidikan, masih di bawah 40 persen. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan berhasil tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Pada sekitar 3 tahun ini DEPDIKNAS memberikan perubahan terutama mengenai prosedur proses pendidikan. Pada tahun 1994 dulu, ada perubahan kurkulum yang sebelumnya adalah CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif). Setelah berjalan beberapa tahun hal ini belum mencapai perbaikan mutu. Dan pada tahun-tahun itu ada perubahan nama jenjang pendidikan. Nama SMP yang ketika itu berubah menjadi SLTP kemudian berubah lagi pada tahun 2003 menjadi SMP. Perubahan ini tidaklah penting jika kita refleksikan dengan mutu pendidikan. Baru pada tahun 2004 ada kurikulum baru yang di harapkan menjadi sebuah perubahan bagi bangsa Indonesia. Kurikulum berbasis Kompetensi ( KBK ) inilah yang merupakan implementasi dari Pendidikan Karakter Bangsa ( PKB ) menjadikan siswa untuk di tuntut lebih kompeten. Kompeten di sini adalah siswa tidak hanay diam mendengarkan gur berbicara atau ceramah tetapi bisa mencari sendiri pengetahuan lebih banyak dan ketika bertatap muka dengan gurunya nanti akan menanyakan hal belu mengerti. Sehingga bisa dikatakan sosok guru bukan sebagai pendidik yang berkuasa penuh tetapi sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.  Untuk penilain kepada siswa dikategorikan dalam bentuk Kognitif (pengetahuan), Psikomotorik ( Praktek). Dan Afektif ( sikap). Dan ada program Remidial dalam kegiatan belajar mengajar bagi siswa yang belum tuntas dalam penilaian. Pada saat kurikulum KBK ini cukup memberikan penagruh yang kuat kepada para siswa untuk berkompeten. Tetapi pada sekitar 2 tahun ini ada perbaikan kurikulum lagi yaitu hampir sama dengan KBK tetapi bedanya adalah pendidik di tuntut membuat kurikulum sendiri di tingkat satuan pendidikan atau kurikulum ini lebih di kenal dengan KTSP ( Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan ). Pernah menjadi kontroversi bahwa tidak semua sekolah mampu mengelola satuan pendidikannya sendiri terutama pada sekolah yang terpencil seperti di luar pulau Jawa. Sempat di artikan bahwa KTSP sebagai Kurikulum Tidak Siap Pakai ( KTSP ). Tapi pada tahun 2009 ini sudah menuai titik temu dengan adanya setifikasi guru yang diharapkan memperbaiki mutu pendidikan bangsa ini. Sehingga jika di arahkan dengan KTSP akan cukup sinkron bahwa seorang guru di negeri haru memang betul terseleksi dan berkompeten di bidangnya. Oleh karena itu, program akta IV yang dulu di kabarkan sebagai faktor mempersempit bagi sarjana pendidikan untuk masuk sebagai profesi guru sangat sulit, sekarang telah di hapus oleh pemerintah sebagi bentuk pengajar di satuan sekolah ahrus benar-benar dari Lembaga  Kependidikan bukan dari Lembaga Ilmu murni.















BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
         Arah pendidikan berfungsi sebagai simulan positif bagi perkembangan daya pikir atau potensi diri peserta didik secara optimal. Dalam hal ini pendidik setidaknya bergerak dalam dua dimensi, yaitu dimensi pemerataan dan dimensi pertumbuhan. Pertama Dimensi Pemerataan dijawatkan dalam definisi upaya perwujudan yang tidak memandang pada kelas-kelas sosial tertentu, jenis kelamin, tingkat ekonomi, ras ataupun kesukuan yang ada dalam masyarakat atau dengan kata lain pembelajaran bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk dapat memperoleh pensisikan. Sedangkan Dimensi Pertumbuhan diejawatkan dalam definisi proses pengembangan potensi yang ada pada peserta didik yang kemudian bermuara pada tuntutan peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
       Dari melihat uraian diatas kita sebagai warga negara harus bisa mencari solusi di negeri ini agar tidak carut marut Arah tujuan pendidikan Indonesia. Sehingga para peserta didik merasa nyaman dan di dijadikan sebagai kelinci percobaan dalam dunia pendidikan.Nantinya pendidikan Indonesia akan menjadi jelas arah dan tujuannya. Dan akhirnya,  pendidikan Indonesia harus mampu sebagai modal awal kemajuan bangsa ini.
B. Saran
Penyusun menyadari akan kekurangan dan kelemahan-kelemahan di dalam makalah ini,maka dari itu penyusun mohon maaf apabila di dalam isi makalah ini banyak kesalahan dalam bentuk tulisan ataupun penjelasannya.
Untuk itu penyusun sangat berharap sekali akan masukan-masukannya,karena hal ini sangat penting bagi evaluasi untuk kedepannya agar dalam penyusunan makalah biar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurmulia Rekso Purnomo   Akses Tribunnews.com
: Dharma Wijayanto, SSi, MSi (Guru Sains Sekolah Citra Berkat Surabaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar